Oleh: Riwayat
Sudah lazim bahwa seorang guru harus mempunyai pengetahuan tentang metode pembelajaran, menguasai materi serta mengetahui berbagai hal yang berhubungan dengan pembelajaran seprti membauat silabus, membuat bahan ajar membuat media pembelajarana dan lain sebagainya. Lebih dan itu guru juga di tuntut untuk mengembangkan dirinya terutama yang berhubungan dengan profesi yang di
kerjakannya dan dilakukan selama ini. Di antara pengembangan din yang perlu dilakukan oleh guru adalah dengan banyak membaca, kuliah kembali, mengikuti berbagai pelatihan dan workshop yang behubungan dengan mata pelajaran yang ia asuh. Adanya berbagai kegiatan pengembangan din yang dilakukan oleh guru akan memberikan kontribusi yang besar bagi guru utnuk maju dan bersaing di tengah dunai global saat mi. Guru yang tersu melakukan pengembangan din baik dengan cara mengikuti seminar, workshop, menulis dan membaca merupakan langkah awal untuk berhasil. Di antara se kian banyak kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru dalam mengembangkan diri di antaranya adalah melakukan penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas merupakan kegiatan yang penting bagi guru terutama dalarn rangka memecahkan berbagai masalah yang berhubungan dengan pembelajaran yang ada dalam kelas. Melakukan penelitian merupakan tindakan ilmiah yang baik bagi seorang guru untuk mengembangkan din. Sebab dengan melakukan penelitian kelas guru akan terbantu dalam rnemecahkan berbagai persoalan siswa yang ada di dalam kelas saat melakukan pembelajaran, adakalanya seorang guru jenuh dengan metode yang selama ini ia pakai, terkadang metode tersebut tidak memberi kontribusi yang baik bagi perkembangan dankreativitas siswa. Di sisi lain prestasi siswa dengan metode tertentu tidak maju-maju, bahkan ada kecenderungan menurun. Kalau guru menghadapi keadaan seperti ini, maka sebagai guru yang aktif meneliti dan menyenangi menulis, menjadi sebuah penelitian yang, menarik, yang pada akhirnya akan memberikan peluang bagi guru untuk menemukan atau setidaknya mampu memberi solusi trerhadap permasalahan yang dihadapinya di adalam kelas.
B. Tujuan Penulisan
Laporan mi bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah metode pendidikan yang di asuh oleh Prof. Dr. H. Syafruddin Nurdin, M.Pd. disamping itu penenlitian mi bertujuan untuk menemukan jawaban permasalahan di atas. Pelaporan buku mi juga penulis harapkan menjadi rujulkan bagai yang ingin mengetahui tentang penelitian pembelajaran dan penelitian tindakan kelas.
A. Pendahuluan
Belakangan mi Penelitian Tindakan Kelas (P1K) semakin menjadi trend untuk dilakukan oleh para profesional sebagai upaya pemecahan masalah dan peningkatan mutu di berbagai bidang. Awal mulanya, PTK, ditujukan untuk mencari solusi terhadap masalah sosial (pengangguran, kenakalan remaja, dan lain-lain) yang berkembang di masyarakat pada saat itu. PTK dilakukan dengan diawali oleh suatu kajian terhadap masalah tersebut secara sistematis. Hal kajian mi kemudian dijadikan dasar untuk mengatasi masalah tersebut. Dalam proses pelaksanaan rencana yang telah disusun, kemudian dilakukan suatu observasi dan evaluasi yang dipakai sebagai masukan untuk melakukan refleksi atas apa yang terjadi pada tahap pelaksanaan.
Hasil dari proses refeksi ini kemudian melandasi upaya perbaikan dan peryempurnaan rencana tindakan berikutnya.Tahapan-tahapan di atas dilakukan berulang-ulang dan berkesinambungan sampai suatu kualitas keberhasilan tertentu dapat tercapai. Dalam bidang pendidikan, khususnya kegiatan pembelajaran, P1K berkembang sebagai suatu penelitian terapan. PTK sangat bermanfaat bagi guru untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran di kelas. Dengan melaksanakan tahap-tahap P1K, guru dapat menernukan solusi dan masalah yang timbul di kelasnya sendiri, bukan kelas orang lain, dengan menerapkan berbagai ragam teori dan teknik pembelajaran yang relevan secara kreatif. Selain itu sebagai penelitian terapan, disamping guru melaksanakan tugas utamanya mengajar di kelas, tidak perlu harus meninggaikan siswanya. Jadi PTK merupakan suatu penelitian yang mengangkat masalah-masalah aktual yang dihadapi oleh guru di lapangan. Dengan rnelaksanakan PTK, guru mempunyai peran ganda : praktisi dan peneliti.
A. Melalaui apa Saja Penenlitian Pembelajaran dilakukan?
Sebagai guru ilmu pengetahuan sekolah menengah perlu memperhatikan berpikir tentang cara menarik mengajar para siswa .Bagaimanapun, kesibukan aktivitas di sekolah, kemudian cepat mengajar mc dengan baik adalah sesuatu yang mendesak. apalagi dengan waktu yang terburu dan suatu sumber daya yang hanya sedikit tersedia. Oleh karena itu, mencoba untuk dengan sebenarnya melibatkan para siswa di pelajaran mereka merupakan suatu gol idealistis dibanding suatu prestasi umum. Untuk merealisir tujuan dimaksud mencoba untuk menyeimbangkan yang tetap ( pengajaran tidak mengarahkan) permintaan sekolah selagi mencoba untuk mengetahui lebih banyak tentang bagaimana para siswa belajar dan bagaimana tertentu mengajar strategi [yang] dengan sebenamya berdampak pada para siswa’ belajar hasil. Tegangan mi adalah sifat alami pekerjaan para guru dan waktunya, energi dan keahlian diperlukan untuk menginformasikan praktek melalui/sampai riset, aku percaya, adalah suatu dilema tetap untuk para guru.
Banyak pengetahuan ku tentang pengajaran dan pelajaran adalah diarn-diam dan oleh karena itu tersembunyi dalam tindakan ku [sebagai/ketika] aku jarang diperlukan atau didukung untuk membuat ialnya tegas/eksplisit melalui/sampai artikulasi untuk din ku atau ke orang lain. Bila melihat peristiwa lalu aku kadang-kadang ingin tahu apa yang aku pikir penelitian pengajaran mungkin telah bermaksud/arti atau apa yang bisa melibatkan. Bagaimanapun, aku tidak berpikir aku akan melebih-lebihkan untuk mengatakan bahwa pengajaran penelitian adalah sesuatu yang ada di daerah lain yang berada jauh dan kelas nyata.Gagasan di mana penelitian mengajar ada beberapa format yang diperlukan lebih dan kelas nil barangkali dengan dangkal dipengaruhi oleh suatu pemahaman niset sebagai format pengetahuan dan suatu pendekatan ke arah yang praktek adalah menyimpang jauh dan pekerjaan para guru. Pandangan seperti itu akan terlihat di sekolah yang hanya menjadi sumber ,mengikuti pengumpulan data dan analisa, bisa mendorong kearah kesimpulan yang mungkin dilaporkan tetapi tidak harus dalam suatu format, terutama sekali sangat menolong atau dapat diakses para guru di dalam kelas dimana sehari-hari mereka praktek.
1. Penelitian Pengajaran Melalu Ilmu mendidik
Bagian yang pertama sedang Meneliti Pengajaran MelaluilSampai Ilmu mendidik. Bagian mi buku membuka dengan Max Van Manen’S bab di mana explorasi nya [dani;ttg] pemahaman ilmu mendidik [kita/kami] menggambarkan sejumlah isu penting kedua-duanya sekitar ilmu mendidik dan bagaimana niset mendekati dampak itu. Max’S bekerja dengan cerpen lucu menggambarkan nilai menyelidiki jalan [yang] baru mempelajari ilmu mendidik melalui/sampai para siswa’ mata dan menawarkan suatu cara kuat untuk para guru ke reconsider kelas mereka praktek dan para siswa mereka’ belajar.
2. Penelitian Pengajaran Dengan Kolaborasi
Bagian buku yang kedua adalah Meneliti Pengajaran Dengan sekongkol. Bab yang pertama di (dalam) bagian ini adalah oleh Yohanes Smyth Dan Dokumen pendekatan nya untuk dengan sebenamya bekerjasama dengan para guru didalam meneliti praktek mereka, selagi memelihara suatu keinginan nil untuk niset untuk suatu bagian integral perubahan memproses sekolah. Suatu proses perubahan dengan penuh harapan yang dikemudikan oleh para guru. John’S mendekati ke riset dengan jelas mempertunjukkan bagaimana bekerja persekutuan dengan sekolah membuka berbagai kemungkinan untuk para guru menggunakan prakarsa dan peluang dalam cara-cara yang dapat lebih menguntungkan dan pengaruh baik bagi masyarakat sekolah lokal dibanding bisa secara realistis jadilah mungkin dengan hanya menerapkan secara birokratis.
3. Penelitian Pengajaran Melalui Konteks
Meneliti Pengajaran Melalui Konteks. Dalam hal in konteks adalah isi dan studi teknologi, siswa ilmu fisika- pendidikan guru, penilaian dan praktek yang memantulkan cahaya. Alister Jones menyelidiki isu berhubungan dengan pengajaran isi tertentu ( teknologi) dan berbagai kesulitan yang dapat yang tidak bisa dipisahkan di dalam rnenerapkan kurikulum berubah; terutama sekali jika perubahan adalah diluar bidang spesialis. Alister’S pengujian teknologi pengajaran para guru membawa kepada perrnukaan pentingnya membantu para guru mengenali perbedaan antara mereka mengajar tujuan dan mereka mengajar tindakan, karenanya penelitian pengajaran rnempunyai pelajaran segera dan penting untuk mengajar.
C. Mengapa Penelitian Tindakan Kelas Penting?
Ada beberapa alasan mengapa PTK merupakan suatu kebutuhan bagi guru untuk meningkatkan profesional seorang guru:
1. PTK sangat kondusif untuk membuat guru menjadi peka tanggap terhadap dinamika pembelajaran di kelasnya. Dia menjadi reflektifdan kritis terhadap lakukan.apa yang dia dan muridnya
2. PTK dapat meningkatkan kinerja guru sehingga menjadi profesional. Guru tidak lagi sebagai seorang praktis, yang sudah merasa puas terhadap apa yang dikerjakan selama bertahun-tahun tanpa ada upaya perbaikan dan inovasi, narnun juga sebagai peneniliti di bidangnya.
3. Dengan rnelaksanakan tahapan-tahapan dalam PTK, guru mampu memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu kajian yang dalam terhadap apa yang terhadap apa yang terjadi di kelasnya. Tindakan yang dilakukan guru semata-mata didasarkan pada masalah aktual dan faktual yang berkembang di kelasnya.
4. Pelaksanaan PTK tidak menggangu tugas pokok seorang guru karena dia tidak perlu meninggalkan kelasnya. PTK merupakan suatu kegiatan penelitian yang terintegrasi dengan pelaksanaan proses pembelajaran.
5. Dengan melaksanakan PTK guru menjadi kreatif karena selalu dituntut untuk melakukan upaya-upaya inovasi sebagai implementasi dan adaptasi berbagai teori dan teknik pembelajaran serta bahan ajar yang dipakainya.
6. Penerapan PTK dalam pendidikan dan pembelajaran memiliki tujuan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktek pembelajaran secara berkesinambungan sehingga meningkatan mutu hasil instruksional; mengembangkan keterampilan guru; meningkatkan relevansi; meningkatkan efisiensi pengelolaan instruksional serta menumbuhkan budaya meneliti pada komunitas guru.
D. Hakikat Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pertama kali diperkenalkan oleh ahli psikologi sosial Amerika yang bemama Kurt Lewin pada tahun 1946. Inti gagasan Lewin inilah yang selanjutnya dikembangkan oleh ahli-ahli lain seperti Stephen Kemmis,Robin McTaggart, John Elliot, Dave Ebbutt, dan sebagainya. jenis penelitian ini dapat dilakukan didalam bidang pengembangan organisasi, manejemen, kesehatan atau kedokteran, pendidikan, dan sebagainya. Di dalam bidang pendidikan penelitian mi dapat dilakukan pada skala makro ataupun mikro. Dalam skala mikro misalnya dilakukan di dalam kelas pada waktu berlangsungnya suatu kegiatan belajar-mengajar untuk suatu pokok bahasan tertentu pada suatu mata kuliah. Untuk lebih detailnya berikut mi akan dikemukan mengenai hakikat PTK.
Menurut John Elliot bahwa yang dimaksud dengan PTK ialah kajian tentang situasi sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas tindakan di dalamnya (Elliot, 1982). Seluruh prosesnya, telaah, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan pengaruh menciptakan hubungan yang diperlukan antara evaluasi din dan perkembangan profesional. Pendapat yang hampir senada dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart, yang mengatakan bahwa PTK adalah suatu bentuk refleksi din kolektif yang dilakukan oleh peserta pesertanya dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktik-praktik itu dan terhadap situasi tempat dilakukan praktik-praktik tersebut.
Menurut Carr dan Kemmis, dikatakan bahwa yang dimaksud dengan istilah PTK adalah suatu bentuk refleksi din yang dilakukan oleh para partisipan (guru, siswa atau kepala sekolah) dalam situasi-situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran (a) praktik-praktik sosial atau pendidikan yang dilakukan dilakukan sendiri, (b) pengertian mengenai praktik-praktik mi, dan (c) situasi-situasi ( dan lembaga-lembaga ) tempat praktik-praktik tersebut dilaksanakan .Lebih lanjut, dijelaskan oleh Harjodipuro bahwa PTK adalah suatu pendekatan untuk memperbaiki pendidikan melalui perubahan, dengan mendorong para guru untuk memikirkan praktik mengajarnya sendiri, agar kritis terhadap praktik tersebut dan agar mau utuk mengubahnya. PTK bukan sekedar mengajar, PTK mempunyai makna sadar dan kritis terhadap mengajar, dan menggunakan kesadaran kritis terhadap dirinya sendiri untuk bersiap terhadap proses perubahan dan perbaikan proses pembelajaran. PTK mendorong guru untuk berani bertindak dan berpikir kritis dalam mengernbangkan teori dan rasional bagi mereka sendiri, dan bertanggung jawab mengenai pelaksanaan tugasnya secara profesional.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, jelaslah bahwa dilakukannya PTK adalah dalam rangka guru bersedia untuk mengintropeksi, bercermin, merefleksi atau mengevalusi dirinya sendiri sehingga kemampuannya sebagai seorang gurulpengajar diharapkan cukup professional untuk selanjutnya, diharapkan dan peningkatan kemampuan din tersebut dapat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas anak didiknya, baik dalam aspek penalaran; keterampilan, pengetahuan hubungan sosial maupun aspek-aspek lam yang bermanfaat bagi anak didik untuk menjadi dewasa.
Dengan dilaksanakannya PTK, berarti guru juga berkedudukan sebagai peneliti, yang senantiasa bersedia meningkatkan kualitas kemampuan mengajamya.Upaya peningkatan kualitas tersebut diharapkan dilakukan secara sistematis, realities, dan rasional, yang disertai dengan meneliti semua” aksinya di depan kelas sehingga gurulah yang tahu persis kekurangan-kekurangan dan kelebihannya. Apabila di dalam pelaksanaan “aksi” nya masih terdapat kekurangan, dia akan bersedia mengadakan perubahan sehingga di dalam kelas yang menjadi tanggungjawabnya tidak terjadi permasahan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan PTK ialah suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis reflektifterhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti, sejak disusunnya suatu perencanaan sampai penilaian terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan belajar-mengajar, untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan. Sementara itu, dilaksanakannya PTK di antaranya untuk meningkatkan kualitas pendidikan atau pangajaran yang diselenggarakan oleh gurulpengajar-peneliti itu sendiri, yang dampaknya diharapkan tidak ada lagi permasalahan yang mengganjal di kelas.
E. Jenis dan Model PTK
Sebagai paradigma sebuah penelitian tersendiri, jenis PTK merniliki karakteristik yang relatif agak berbedajika dibandingkan denganjenis penelitian yang lain, misalnya penelitian naturalistik, eksperimen survei, analisis isi, dan sebagainya. Jika dikaitkan dengan jenis penelitian yang lain PTK dapat dikategorikan sebagai jenis penelitian kualitatif dan eksperimen. PTK dikatagorikan sebagai penelitian kualitatif karena pada saat data dianalisis digunakan pendekatan kualitatif, tanpa ada perhitungan statistik. Dikatakan sebagai penelitian eksperimen, karena penelitian mi diawali dengan perencanaan, adanya perlakuan terhadap subjek penelitian, dan adanya evaluasi terhadap hasil yang dicapai sesudah adanya perlakuan. Ditinjau dan karakteristiknya, PTK setidaknya memiliki karakteristik antara lain: (1) didasarkan pada masalah yang dihadapi guru dalam instruksional; (2) adanya kolaborasi dalam pelaksanaannya; (3) penelitian sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi; (4) bertujuan memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktek instruksional; (5) dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa sikius.
Menurut Richart Winter ada enam karekteristik PTK, yaitu (1) kritik reflektif, (2) kritik dialektis, (3) kolaboratif, (4) resiko, (5) susunan jamak, dan (6) intemalisasi teori dan praktek (Winter, 1996). Untuk lebih jelasnya, berikut mi dikemukakan secara singkat karakteristik PTK tersebut.
1. Kritik Refeksi; salah satu langkah di dalam penelitian kualitatif pada umumnya, dan khususnya PTK ialah adanya upaya refleksi terhadap hasil observasi mengenai latar dan kegiatan suatu aksi. Hanya saja, di dalam P1K yang dimaksud dengan refleksi ialah suatu upaya evaluasi atau penilaian, dan refleksi mi perlu adanya upaya kritik sehingga dimungkinkan pada taraf evaluasi terhadap perubahan-perubahan.
2. Kritik Dialektis; dengan adanyan kritik dialektif diharapkan penelitian bersedia melakukan kritik terhadap fenomena yang ditelitinya. Selanjutnya peneliti akan bersedia melakukan pemeriksaan terhadap: (a) konteks hubungan secara menyeluruh yang merupakan satu unit walaupun dapat dipisahkan secarajelas, dan, (b) Struktur kontradiksi internal, -maksudnya di balik unit yang jelas, yang memungkinkan adanya kecenderungan mengalami perubahan meskipun sesuatu yang berada di balik unit tersebut bersifat stabil.
3. Kolaboratif; di dalam PTK diperlukan hadirnya suatu kerja sama dengan pihakpihak lain seperti atasan, sejawat atau kolega, mahasiswa, dan sebagainya. Kesemuanya itu diharapkan dapat dijadikan sumber data atau data sumber. Mengapa demikian? Oleh karena pada hakikatnya kedudukan peneliti dalam PTK merupakan bagian dan situasi dan kondisi dan suatu latar yang ditelitinya. Peneliti tidak hanya sebagai pengamat, tetapi diajuga terlibat langsung dalam suatu proses situasi dan kondisi. Bentuk kerja sama atau kolaborasi di antara para anggota situasi dan kondisi itulah yang menyebabkan suatu proses dapat berlangsung.Kolaborasi dalam kesempatan mi ialah berupa sudut pandang yang disampaikan oleh setiap kolaborator. Selanjutnya, sudut pandang mi dianggap sebagai andil yang sangat penting dalam upaya pemahaman terhadap berbagai permasalahan yang muncul. Untuk itu, peneliti akan bersikap bahwa tidak ada sudut pandang dan seseorang yang dapat digunakan untuk memahami sesuatu masaiah secara tuntas dan mampu dibandingkan dengan sudut pandang yang berasal; dan berbagai pihak. Namun demikian memperoleh berbagai pandangan dan pada kolaborator, peneliti tetap sebagai figur yang memiliki ,kewenangan dan tanggungjawab untuk menentukan apakah sudut pandang dan kolaborator dipergunakan atau tidak. Oleh karenanya, sdapat dikatakan bahwa fungsi
kolaborator hanyalah sebagai pembantu di dalam PTK mi, bukan sebagai yang begitu menentukan terhadap pelaksaanan dan berhasil tidaknya penelitian.
4. Resiko; dengan adanya ciri resiko diharapkan dan dituntut agar peneliti berani mengambil resiko, terutama pada waktu proses penelitian berlangsung. Resiko yang mungkin ada diantaranya (a) melesetnya hipotesis dan (b) adanya tuntutan untuk melakukan suatu transformasi. Selanjutnya, melalui keterlibatan dalam proses penelitian, aksi peneliti kemungkinan akan mengalami perubahan pandangan karena ia menyaksikan sendini adanya diskusi atau pertentangan dan para kalaborator dan selanjutnya menyebabkan pandangannya berubah.
5. Susunan Jamak; pada umumnya penelitian kuantitatif atau tradisional berstruktur tunggal karena ditentukan oleh suara tunggal, penelitinya. Akan tetapi, PTK memiliki struktur j amak karena j elas penelitian mi bersifat dialektis, reflektif, partisipasi atau kolaboratif. Susunan jamak mi berkaitan dengan pandangan bahwa fenomena yang diteliti hams mencakup semua komponen pokok supaya bersifat komprehensif. Suatu contoh, seandainya yang diteliti adalah situasi dan kondisi proses belajar-mengajar, situasinya harus meliputi paling tidak guru, siswa, tujuan pendidikan, tujuan pembelajaran, interaksi belajar-mengajar, lulusan atau hasil yang dicapai, dan sebagainya.
6. Internalisasi Teori dan Praktik; Menurut pandangan para ahli PTK bahwa antara teori dan praktik bukan merupakan dua dunia yang berlainan. Akan tetapi, keduanya merupakan dua tahap yang berbeda, yang saling bergantung, dan keduanya berfungsi untuk mendukung tranformasi. Pendapat mi berbeda dengan pandangan para ahli penelitian konvesional yang beranggapan bahwa teori dan praktik merupakan dua hal yang terpisah. Keberadaan teori diperuntukkan praktik, begitu pula sebaliknya sehingga keduanya dapat digunakan dan dikembangkan bersama. Berdasarkan uraian di atas, jelaslah bahwa bentuk PTK benar-benar berbeda dengan bentuk penelitian yang lain, baik itu penelitian yang menggunakan paradigma kualitatif maupun paradigma kualitatif. Oleh karenanya, keberadaan bentuk PTK tidak perlu lagi diragukan, terutama sebagai upaya memperkaya khasanah kegiatan penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan taraf keilmiahannya.
Dan pembahasan sebelumnya dapat dipsimpulkan bahwa penenlitian bagai seorang guru masih dianggap asing dan menakutkan, guru sering teijebak dalam pemikiran bahwa meneliti itu sulit. Padahal kalau guru mempunyai keinginan menenliti, maka hal ituakan membantu permasalahan dalam pembelajaran.Penelitian pembelajaran dqpat dilakukan melalui penelitian melalu pembelajaran itu sendiri,penelitian melalui kolaborasi, Penelitian Pengajaran Melalui Konteks
Menurut Richart Winter ada enam karekteristik PTK, yaitu (1) kritik reflektif, (2) kritik dialektis, (3) kolaboratif, (4) resiko, (5) susunan jamak, dan (6) intemalisasi teori dan praktek.
THANK YOU ATAS SEMUANYA
[…] Posted by faizalthaf on August 19, 2008 Penelitian Pembelajaran dan PTK […]